Jumat, 17 Oktober 2008

ANEKDOT!!!!

. Jumat, 17 Oktober 2008
0 komentar


Klik disini untuk melanjutkan »»

TIPS MENGHADAPI BANJIR

.
0 komentar

Ada beberapa hal yang perlu anda ketahui untuk mencegah banjir, menghadapi banjir dan ketika sesudah banjir. Berikut ini adalah tipsnya:

SEBELUM BANJIR

  • Kerja bakti membersihkan saluran air
  • Melaksanakan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk
  • Membuang sampah pada tempatnya
  • Menyediakan bak penyimpanan air bersih

SAAT BANJIR

  • Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi
  • Matikan peralatan listrik/sumber listrik
  • Amankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman
  • Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
  • Terlibat dalam pendistribusian bantuan
  • Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan
  • Menggunakan air bersih dengan efisien

SESUDAH BANJIR

  • Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah
  • Melakukan pembrantasan sarang nyamuk ( PSN )
  • Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali
  • Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Global Warming - Apa dan mengapa??

.
0 komentar


global_warming.gifSejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?

Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?

Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.

Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).

Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.

Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.

Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.

Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 - yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.

Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global (Gb.1).

Hasil perhitungan perkiraan agen pendorong terjadinya pemanasan global dan mekanismenya (kolom satu), berdasarkan pengaruh radiasi (Radiative Forcing), dalam satuan Watt/m^2, untuk sumber antropogenik dan sumber yang lain, tanda merah dan nilai positif dari kolom dua dan tiga  berarti sumbangan pada pemanasan, sedangkan biru adalah efek kebalikannya. Kolom empat menyatakan dampak pada skala geografi, sedangkan kolom kelima menyatakan tingkat pemahaman ilmiah (Level of Scientific Understanding), Sumber: Laporan IPCC, 2007.
Hasil perhitungan perkiraan agen pendorong terjadinya pemanasan global dan mekanismenya (kolom satu), berdasarkan pengaruh radiasi (Radiative Forcing), dalam satuan Watt/m^2, untuk sumber antropogenik dan sumber yang lain, tanda merah dan nilai positif dari kolom dua dan tiga berarti sumbangan pada pemanasan, sedangkan biru adalah efek kebalikannya. Kolom empat menyatakan dampak pada skala geografi, sedangkan kolom kelima menyatakan tingkat pemahaman ilmiah (Level of Scientific Understanding), Sumber: Laporan IPCC, 2007.

Dari gambar terlihat bahwa karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana selama 650 ribu tahun hanya terjadi peningkatan dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana (CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi 1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O) dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

Kontribusi antropogenik pada aerosol (sulfat, karbon organik, karbon hitam, nitrat and debu) memberikan efek mendinginkan, tetapi efeknya masih tidak dominan dibanding terjadinya pemanasan, disamping ketidakpastian perhitungan yang masih sangat besar. Demikian juga dengan perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon (nitrogen oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon) berkontribusi pada pemanasan global. Kemampuan pemantulan cahaya Matahari (albedo), akibat perubahan permukaan Bumi dan deposisi aerosol karbon hitam dari salju, mengakibatkan perubahan yang bervariasi, dari pendinginan sampai pemanasan. Perubahan dari pancaran sinar Matahari (solar irradiance) tidaklah memberi kontribusi yang besar pada pemanasan global.

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa memang manusia yang berperanan bagi nasibnya sendiri, karena pemanasan global terjadi akibat perbuatan manusia sendiri. Lalu bagaimana dampak Global Warming bagi kehidupan? Alur waktu prediksi dan dampak dari perspektif sains dapat dibaca pada bagian kedua tulisan ini.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Selasa, 14 Oktober 2008

Hobi Mendaki Gunung

. Selasa, 14 Oktober 2008
0 komentar

Menyambangi Kawah Raksasa Gunung Tambora


SH/Adiseno
Kawah Tambora

Sumbawa Besar – Mendaki Gunung Tambora (2.722 m dpl) adalah salah satu ‘agenda’ bagi pehobi mendaki gunung Indonesia. Maklum, selain panorama kawahnya yang memikat, gunung ini adalah gunung tertinggi di Pulau Sumbawa. Waktu yang tepat untuk mendaki Tambora adalah bulan Juli dan Agustus, karena biasanya kedua bulan ini bertepatan dengan waktu libur dan, tentu saja, keadaan cuaca yang ramah.

Minggu pagi itu, di kota Bima. Sinar matahari terasa menyengat kulit, membuat siapa saja lebih memilih berteduh. Tapi terik matahari tak mampu menyurutkan aktivitas di terminal bis antarkota. Semakin siang, semakin ramai suasana tempat itu. Sebuah bis kecil dengan tujuan Labuhan Kenanga tampak beranjak meninggalkan hiruk-pikuk terminal.
Bis yang sudah penuh oleh penumpang, semakin sesak ketika di tengah perjalanan awak bus tetap memaksa mengambil penumpang, meski tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa di dalam bis. Belum lagi barang bawaan para penumpang yang segambreng, sungguh tidak menyisakan ruang yang cukup lega di dalam bis.
Iklim savana tropis menganugerahkan pemandangan alam yang khas sepanjang perjalanan dari Bima. Perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar yang menonjolkan warna kecokelatan atau kekuningan. Hamparan padang rumput luas dengan selingan pohon-pohon keringnya. Serasa di Afrika, begitu kurang lebih penisbahan yang terpikir di benak.
Selepas Kempo (56 km ke arah barat dari Bima), pemandangan bertambah. Dari arah barat, Teluk Saleh menampakkan pesona biru lautnya. Menyegarkan pandangan mata yang selepas kota Bima dicekoki oleh pemandangan daratan.
Di desa Kadindi, transportasi beralih ke truk. Truk ini yang mengantar perjalanan selanjutnya menuju dusun Pancasila, yang masih harus ditempuh kurang lebih 6 kilometer lagi. Pancasila adalah nama kampung di kaki barat laut Gunung Tambora yang merupakan salah satu titik awal pendakian Gunung Tambora.

Pendakian
Meninggalkan dusun Pancasila, jalan tanah tak beraspal menuntun langkah kaki. Sisi kiri dan kanan jalan ditumbuhi oleh pepohonan lebat. Kalau beruntung, akan terlihat kera-kera bergelayutan, berpindah dari dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain. Bahkan tanpa rasa takut, mereka melintas menyeberangi jalan.
Semakin jauh berjalan, hari semakin gelap. Sementara, jalan yang semula hanya bisa dilewati dua truk kecil, berujung pada jalan besar yang lebarnya cukup untuk dilalui oleh dua truk besar secara berdampingan. Rupanya jalan besar ini adalah jalur truk-truk besar yang lalu-lalang mengangkut kayu gelondongan hasil penebangan di kaki Gunung Tambora. Entah ke mana kayu-kayu tersebut diangkut.
Di tempat truk berhenti, ada sebuah jalan kecil masuk ke dalam hutan. Inilah jalur pendakian menuju puncak Tambora. Jalur yang dilewati cukup lebar dan landai untuk dilewati sepeda motor. Jadi tak terlalu melelahkan untuk mencapai shelter pertama. Shelter pertama adalah sebuah bangunan tak berdinding. Inilah shelter satu-satunya yang berwujud bangunan.
Shelter berikutnya, meski disebut shelter, hanyalah sebutan untuk tempat perhentian tanpa bangunan. Beberapa meter dari shelter pertama, terdapat sebuah sumber air yang dibuat dengan menampung air yang disalurkan oleh pipa.
Semakin dekat dengan shelter kedua, kondisi jalur mulai berbeda dan sedikit menyulitkan. Selain semak belukar yang mulai menutupi jalur, banyak batang pohon roboh yang melintang di tengah jalur. Mengangkat kaki tinggi-tinggi atau merangkak di bawah batang-batang pohon tersebut adalah gerakan tambahan yang harus dilakukan. Seakan memaksa agar lebih giat menggerakkan anggota tubuh selain kaki.
Dari shelter ini, pendakian dilanjutkan dengan menyeberang sungai kecil dekat tempat bermalam. Bersiap-siaplah untuk tersengal-sengal. Karena bila sebelum tiba di shelter kedua, paru-paru dimanjakan oleh jalur yang landai, setelah melintas sungai kecil ini, jalur menanjak telah menanti.
Berhasil melewati tanjakan, jalur berliku-liku lengkap dengan batang-batang pohon tumbang yang melintang, kembali menghadang. Bak ”polisi tidur”, batang-batang pepohonan itu mengurangi laju ayunan langkah kaki. Sedikit menyebalkan memang. Tapi kokok ayam hutan menjelang sore itu, menjadi pengalih perhatian dari kejengkelan terhadap batang-batang pohon tadi.
Shelter ketiga berhasil dicapai ketika hari sudah sore. Di sinilah pendakian hari kedua berakhir. Letak shelter di punggungan yang tidak terlalu lebar, membuat pemandangan lembah di kiri kanannya dapat terlihat. Sebuah tanda terpasang di pohon, menunjukkan arah sumber air. Tampaknya tidak sulit mendapatkan air saat mendaki Tambora.
Purnama kembali menampakkan diri, ketika malam mengganti siang. Rasanya sayang sekali, harus meninggalkan pemandangan alam ini dengan meringkuk menahan dingin di dalam tenda. Apalagi dinihari keesokan harinya, summit attack (mencapai puncak dengan membawa barang secukupnya) akan dilakukan. Sambil mempersiapkan summit attack, pemandangan malam hari di lereng Tambora ternikmati jua.

Summit attack
Memangnya sedang mendaki Everest! Begitu gerutu yang sempat terlontar dari mulut, ketika dinihari pukul 04.00 harus bangun dan memaksa mengeluarkan tubuh dari pelukan sleeping bag yang hangat. Tapi tak ada pilihan lain. Hanya ini cara yang mungkin untuk mencapai puncak sebelum tengah hari. Menembus kegelapan dinihari, hajatan menuju puncak ditunaikan. Di langit, bulan purnama telah meninggi. Cahayanya yang terang, menembus sela-sela rerimbunan daun pepohonan. Pertanda keadaan alam yang ramah.
Sesekali bibir meringis menahan rasa perih di telapak tangan dan kaki. Rupanya sepanjang jalan banyak tumbuh jelatang. Daun-daunnya yang berduri halus, menyambar anggota tubuh yang telanjang tanpa pelindung. Bahkan celana panjang tak sanggup melindungi kaki dari sengatan tumbuhan itu.
Masih cukup jauh dari zona puncak, sewaktu fajar merekah, menandai pergantian hari. Kokok ayam hutan terdengar bersahut-sahutan, seiring hari baru yang semakin terang. Sejenak langkah dihentikan untuk mengisi perut. Sarapan yang telah disiapkan sejak malam pun segera dikeluarkan dari day pack untuk disantap. Sayang, sudah dingin.

Kawah
Berangsur-angsur vegetasi beralih dari pepohonan menjadi semak dan perdu. Suatu pertanda bahwa sebentar lagi zona puncak akan dimasuki. Memang betul. Di kejauhan tampak puncak Tambora yang tandus dan berwarna kecokelatan. Begitu pula ketika menoleh ke arah barat, laut dan pulau-pulau di sekitar Sumbawa dapat terlihat. Yang agak mengherankan adalah onggokan kotoran menjangan di atas tanah. Ternyata tak hanya manusia yang sering mengunjungi puncak. Bisa dibilang, puncak Tambora adalah bagian dari dunia komunitas hewan berkaki empat itu.
Sampailah langkah kaki kami di bibir kawah. Kalau menghitung dari peta topografi, diameter kawah sekitar 6 km. Dinding-dinding terjalnya, menjulang tinggi hingga lebih dari 1.000 m. Dataran luas terhampar di dasar kawah. Inilah sisa letusan tahun 1815. Bisa dibayangkan betapa dahsyat letusan kala itu. Ahli geologi memperkirakan bahwa volume puncak yang hilang karena pembentukan kawah ini sebesar 30 km3. Mungkin tepat di atas tengah kawah inilah dulunya puncak 4.000 m berada.
Sebuah bukit kecil tandus menjulang di sisi barat kawah. Itulah puncak Tambora setelah malapetaka tahun 1815. Segera perhatian tertuju ke sana. Hanya hati-hati. Semenjak memasuki zona puncak, permukaan tanah ditutupi oleh kerikil. Bila tidak waspada, bisa terjungkal karena terpeleset.
Di pucuk bukit, tonggak batu yang tingginya kira-kira setengah meter, telah menanti. Inilah tanda ketinggian 2.722 m.
Dari sini pandangan bisa diarahkan dengan leluasa. Selain kawah di sebelah timur, nun jauh di arah barat pucuk Gunung Rinjani terlihat menyembul dari selaput tipis awan. Sementara, rasa lelah pun terasa luruh ketika hembusan angin menerpa tubuh.(Neema)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Cara Mengamati Primata di Alam

.
0 komentar

Siapkan alat-alat yang diperlukan untuk pengamatan, antara lain teropong, peta lokasi, kompas, altimeter, jam tangan, rain coat / payung, buku / lembar catatan, alat tulis, alat perekam seperti tape atau kamera, buku panduan lapangan tentang primata, pakaian dan tas lapangan yang memadai.

Lakukan pencarian / survey lokasi ke tempat-tempat primata biasa ditemukan. Setelah kelompok primata ditemukan, lakukan pengamatan dan catat data-data, seperti pohon tempat beraktivitas makan, istirahat, dan lain-lain. Hitung jumlah individu dalam kelompoknya. Coba untuk mengetahui jenis kelamin dan kehidupan sosialnya, seperti yang mana pimpinan kelompoknya, catat nama-nama bagian tumbuhan yang dimakan, dan lain-lai

Klik disini untuk melanjutkan »»

Selamatkan Hutan Kita ! Save Our World

.
0 komentar

Judul diatas adalah hal yang mulia. Berharga dimata Tuhan dan kehidupan manusia sekarang serta masa depannya. Kami, peduli kepada Alam. Dia (Alam) adalah penopang keseimbangan hidup manusia. Tanpanya, kita akan cepat mati. Fungsi hutan sangat vital, hutan adalah sebagai penyerap dan penyimpan karbon emisi (biar suhu udara dunia tidak naik), hutan sebagai pengikat air dll. Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa, merupakan hutan terluas nomor 3 dunia (sumber WALHI). Dan sekarang mengalami penyusutan yang hebat. Dengan dasar itu, kami merasa peduli untuk melakukan perubahan dengan inisiatif untuk me-reboisasikan hutan, meski masih dalam lingkup area yang kecil.

Target yang ingin dilaksanakan adalah menanami kembali perbukitan gundul disekitar daerah yang memang sudah familiar dengan kami, yaitu Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, Malang. Dulu, 5 tahun yang silam, daerah Kami berhawa sejuk dan dingin, tetapi sekarang, suhu disana sudah tidak sedingin dulu. Dan semenjak penebangan liar pohon di era presiden Megawati, kawasan perbukitan di Subaya mayoritas gundul.

Kami, SIMBIOSA, diantara kesibukan yang ada, menanggalkan aktivitas sehari-hari di Desa (Pandansari), meninggalkan untuk sejenak keluarga, istri, suami, pacar, teman dll untuk melakukan survei lokasi perbukitan gundul di hutan sebelah timur desa kami. Harapan kami adalah, setelah survei, akan tercipta sebuah proposal untuk dijadikan landasan kegiatan penanaman pohon di Subaya. Tentunya dengan sepengetahuan Kepala Desa kami dan nantinya dari para donatur yang bersedia membantu.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Greenpeace Mengumumkan Pembukaan Kamp Pembela Hutan

.
0 komentar


Jakarta, 9 Oktober 2007 - Greenpeace hari ini meluncurkan Kamp Pembela Hutan atau Forest Defender Camp (FDC) di Riau sebagai bagian dari upaya internasional untuk menyelama
tkan hutan dan iklim, menjelang diadakannya negosiasi iklim Protokol Kyoto di Bali bulan Desember nanti.

Laju deforestasi di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, (1) dan menurut data terakhir, Indonesia disebutkan sebagai penyumbang emisi (emiter) karbon ketiga terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan China, yang diakibatkan hancurnya hutan lahan gambut (2). Deforestasi menyumbang sekitar seperlima dari seluruh emisi gas rumah kaca (3)

.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

Translate your Word>>>

Our Organisation Logo

Our Organisation Logo
Lets make our planet better!!!

Our inspiration Organisation!!!

Our inspiration Organisation!!!
Stop kill animal!!

Free Mp3 down Load here!!!

Created By Faiz Faiz.com Gitu loh | Template by o-om.com Edited By Faiz